Posted in News & Exhibition on Jul 30, 2022
Virus cacar monyet menyebabkan kulit melepuh serta gejala seperti demam dan sakit kepala.(GETTY IMAGES via BBC INDONESIA)
BOGOR - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menegaskan, bahwa kasus monkeypox atau cacar monyet belum terdeteksi di Indonesia. Hal tersebut disampaikan oleh juru bicara Kemenkes dr. Mohammad Syahril dalam acara Update Penanganan Monkeypox di Indonesia.
“Situasi di Indonesia sampai dengan hari ini sejak diumumkan kasus (cacar monyet) pertama di Inggris, Indonesia belum ada kasus konfirmasi dan suspek,” ujar Syahril, Rabu (27/7/2022).
Sebelumnya, pada 23 Juli lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan infeksi cacar monyet sebagai darurat kesehatan global.
Klasifikasi WHO
WHO telah menerbitkan rekomendasi dengan membagi empat klasifikasi negara, dengan rincian berikut:
Klasifikasi 1
Negara yang belum melaporkan kasus monkeypox atau negara yang pernah melaporkan kasus namun tidak melaporkan lagi selama 21 hari terakhir. “Indonesia saat ini masuk dalam klasifikasi 1 karena belum pernah melaporkan kasus monkeypox ke WHO,” tegas Syahril.
Klasifikasi 2
Negara yang telah mengalami kasus impor dan terjadi transmisi dari manusia ke manusia.
Klasifikasi 3
Negara yang mengalami transmisi antara hewan dan manusia.
Klasifikasi 4
Negara yang memiliki kapasitas produksi diagnostik, vaksin, dan agen terapi.
Dilansir dari kompas.com, Secara global total kasus terkonfirmasi positif monkeypox sebanyak 17.156 kasus dari 75 negara, di mana terjadi peningkatan secara eksponensial pada bulan ini. Peningkatan kasus terjadi di pertengahan liburan musim panas di Eropa.
Untuk diketahui, Inggris melaporkan kasus pertama monkeypox yang terkonfirmasi melalui tes polymerase chain reaction (PCR) pada 6 Mei 2022. Setelah itu, Portugal melaporkan 14 kasus pada 18 Mei 2022, disusul Amerika Serikat dan Swedia yang melaporkan kasus pertamanya pada waktu yang sama. Adapun beberapa negara yang telah mengonfirmasi kasus monkeypox di wilayahnya meliputi Kanada, Spanyol, Belgia, Jerman, Perancis, Belanda, Italia, Austria, Swiss, Israel, Uni Emirat Arab, Argentina, Singapura, hingga Australia.
Tatalaksana cacar monyet di Indonesia Syahril menegaskan, vaksinasi massal terkait monkeypox aau cacar monyet, sejauh ini belum diperlukan. Masyarakat pun tidak perlu panik dan bingung berlebihan, tapi harus tetap waspada agar terhindar dari infeksi. Lima tatalaksana pasien monkeypox atau cacar monyet sebagai berikut:
1. Tatalaksana simptomatik dan supportif Ini dilakukan dengan mengobati pasien sesuai dengan gejalanya, seperti pengurangan nyeri, mengatasi demam, dan lainnya.
2. Perawatan ruang isolasi Pasien positif cacar monyet harus diisolasi di ruangan khusus. Tetapi, ruangan isolasi ini berbeda dengan ruang isolasi bagi pasien Covid-19. “Bedanya cacar monyet tidak perlu (ruang isolasi) bertekanan negatif, cukup isolasi biasa,” jelas Syahril.
3. Penderita diberikan asupan nutrisi dan cairan yang cukup Ini dapat dilakukan dengan memberikan pasien cairan infus intravena, obat-obatan, makanan bergizi, dan lainnya.
4. Penapisan dan tata laksana komorbid dan infeksi sekunder
5. Pengawasan dan tata laksana harian bagi penderita yang dirawat Cara mencegah cacar monyet Dalam upaya mencegah infeksi cacar monyet semakin meluas, dapat dilakukan dengan mengurangi risiko penularan antar manusia, penularan dair hewan kemanusia, serta mengurangi kepanikan dan stigmatisasi. Monkeypox atau cacar monyet dapat sembuh sendiri dan diobati dengan tingkat kematian yang sangat rendah. Sehingga, stigmatisasi penderita dan fasilitas pelayanan kesehatan harus dicegah. Dukungan psikosisal pun dapat diberikan kepada penderita selama perawatan dan setelah keluar dari ruang isolasi. Sebagai informasi, cacar monyet menjadi perhatian global sejak Mei 2022 karena dilaporkan dari negara non endemis tanpa adanya riwayat perjalanan dari negara endemis. (*)